The Inseparability of Faith and Work

Oleh: Redaksi
Dalam artikel “Why My Faith & My Work Are Synonymous”, Ibukun Awosika, seorang eksekutif korporat dan pengusaha Kristen, menggambarkan bagaimana iman dan pekerjaan bukan hanya saling melengkapi tetapi juga merupakan entitas yang tak terpisahkan. Pandangan ini menggarisbawahi panggilan bagi setiap orang percaya untuk hidup dengan konsistensi, tidak hanya di gereja, tetapi juga di tempat kerja.

Iman dan Pekerjaan: Satu Kesatuan yang Tak Terpisahkan

Iman saya dan pekerjaan saya dalam hidup telah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Keduanya telah menyatu karena berasal dari pola pikir sejati saya. Bagi kebanyakan orang dari luar, mereka melihat seseorang yang Kristen dan mungkin berkata, "Anda adalah seorang pebisnis atau orang korporat yang kebetulan seorang Kristen." Namun, itu bukan cara saya memahaminya. Itu bukan cara saya berpikir.

Saya adalah seorang Kristen yang ditempatkan di dunia kerja, entah sebagai seorang pengusaha di bisnis saya atau sebagai eksekutif korporat di berbagai dewan tempat saya bekerja. Saya memahami bahwa bisnis dan karier saya adalah mimbar, tempat saya memberitakan Injil, tempat saya menunjukkan siapa Kristus.

 

Saya adalah seorang Kristen yang ditempatkan di dunia kerja.

Bagian terindah dari hal ini adalah kesempatan bertemu dengan orang-orang di ruang rapat atau di dunia kerja, yang mungkin tidak akan pernah saya temui di gereja. Beberapa dari mereka mungkin tidak pernah melangkahkan kaki ke gereja, sehingga sayalah satu-satunya gereja yang pernah mereka temui. Karena itu, saya harus menjadi Kristus yang mereka lihat melalui pekerjaan yang saya lakukan. Hal ini memberikan tekanan besar, tetapi juga membuat saya bertanggung jawab.

Saya menyadari bahwa kebenaran saya harus benar-benar sejati. Karena jika tidak, saya bisa merugikan Kristus—saya bisa kehilangan kesempatan untuk menyelamatkan jiwa seseorang. Jika saya adalah orang terakhir di muka bumi yang dapat memberitakan Injil kepada seseorang yang baru saja saya ajak berbisnis, atau jika orang tersebut menolak Injil karena perilaku saya, itu adalah salah satu hal paling menakutkan yang bisa saya bayangkan sebagai seorang Kristen.

Memiliki kesadaran ini dalam benak saya mendorong saya untuk membuat keputusan dengan hati-hati setiap hari. Inilah alasan mengapa saya bisa mengatakan bahwa hanya Anda yang bisa memilih, karena pada setiap saat, Anda dihadapkan pada pilihan.

 

Pada setiap titik dalam hidup, Anda dihadapkan pada pilihan.

Anda harus menentukan terlebih dahulu konteks yang akan Anda gunakan untuk menilai keputusan yang Anda buat di setiap persimpangan hidup. Bagi saya, konteks itu melibatkan tiga hal utama:

  1. Saya ingin keluar dari setiap situasi dengan mempertahankan kesaksian saya sebagai anak Tuhan.
  2. Saya ingin keluar dari setiap situasi dengan mempertahankan nama keluarga saya.
  3. Saya ingin keluar dari setiap situasi dengan mempertahankan nama Bapa saya di surga.

 

Ini berarti Anda harus bersedia membayar harga. Kenyataannya, Anda akan menghadapi banyak situasi di mana Anda harus membayar harga tersebut, dan seringkali itu akan menyakitkan. Namun, berdasarkan pengalaman saya, saya telah belajar bahwa setiap harga yang harus saya bayar untuk mempertahankan nama baik dan kesaksian yang baik adalah harga yang layak dibayar.

 

Kita harus berpikir untuk jangka panjang.

Saya ingin meninggal dalam keadaan "kosong"—benar-benar kosong. Tidak ada satu pun karunia atau talenta dari Tuhan yang tidak saya gunakan untuk kebaikan keluarga saya, gereja, dunia, atau bangsa saya. Saya ingin memastikan bahwa saya dapat mengekspresikan semua karunia saya. Inilah yang membuat saya tampak multidimensi, karena banyak orang bertanya, "Bagaimana Anda bisa melakukan begitu banyak hal berbeda?" Jika Anda diberi karunia, Tuhan juga memberikan anugerah untuk mengekspresikan diri Anda di berbagai bidang, sehingga memungkinkan Anda melakukan banyak tugas sekaligus.

Pada akhirnya, saya ingin tahu bahwa ketika saya melangkah ke surga, Tuhan akan berkata, "Selamat datang, hamba-Ku yang baik dan setia."

Bisnis saya, karier saya, hidup saya, dan iman saya tidak dapat dipisahkan. Keduanya adalah satu kesatuan. Tuhan menciptakan kita untuk tidak terpisah dari iman kita, tetapi untuk selalu dekat dengan Kristus dan kehidupan-Nya. Jika kita mengatakan bahwa Kristus hidup di dalam saya, itu berarti ketika saya pergi bekerja, Dia ada di sana. Saya tidak meninggalkanNya di rumah atau di gerbang gereja pada hari Minggu. Tidak boleh ada dua sisi yang berbeda. Semuanya adalah satu kesatuan, dan saya harus mampu mengekspresikan Kristus di dalam keseharian saya.



*Artikel asli dapat dibaca di https://globalleadership.org/articles/leading-yourself/why-my-faith-my-work-are-synonymous/

Redaksi January 18, 2025
Share this post
FIND MORE