Salah satu perbincangan publik yang mengemuka pada kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia adalah mengenai gaya hidupnya yang sederhana. Masyarakat maupun para pengamat mengagumi teladan kesederhanaan Paus, mulai dari pemilihan alat transportasi, dimana beliau memilih menaiki pesawat komersil dan ketika di Indonesia, memilih menaiki mobil Toyota Innova, yang bukan tergolong mobil mewah. Jam tangan Paus yang diperkirakan seharga Rp124 ribu juga menambah kekaguman masyarakat. Kebersahajaan yang ditunjukkan oleh Paus dianggap berbanding terbalik dengan gaya hidup mewah yang sering dipertontonkan oleh para politisi, bahkan sebagian pemuka agama di Indonesia.
Dalam dunia yang semakin materialistis, kesederhanaan seringkali menjadi kualitas yang langka. Kita hidup di tengah budaya yang mengagungkan kemewahan, status sosial, dan kesuksesan materi. Namun, sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk menjalani kehidupan yang berbeda, kehidupan yang mencerminkan kasih, integritas, dan kesederhanaan. Teladan Paus Fransiskus, yang menunjukkan gaya hidup sederhana dalam kunjungannya ke Indonesia, menjadi cermin bagi kita untuk merenungkan bagaimana gaya hidup kita sebagai orang Kristen di dunia profesional.
Kesederhanaan Sebagai Wujud Iman
Alkitab mengajarkan bahwa kesederhanaan bukan sekadar pilihan gaya hidup, melainkan wujud nyata dari iman yang berakar dalam kasih kepada Allah dan sesama. Rasul Paulus menasihati Timotius untuk tidak terjebak dalam kecintaan terhadap harta benda:
"Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka" (1 Timotius 6:10).
Dalam konteks profesional, godaan untuk mengejar kesuksesan materi dapat begitu kuat. Banyak yang terjebak dalam persaingan untuk memiliki lebih banyak, berprestasi lebih tinggi, atau tampil lebih mewah. Namun, sebagai umat yang dipanggil untuk hidup seturut kehendak Allah, kita diingatkan untuk mengutamakan harta surgawi di atas harta duniawi. Yesus dengan jelas mengatakan:
"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga,..." (Matius 6:19-20a).
Kesederhanaan Membuka Ruang untuk Generositas
Kesederhanaan dalam kehidupan tidak hanya membuat kita terhindar dari kecintaan akan dunia, tetapi juga membuka ruang bagi generositas. Ketika kita tidak terikat pada kekayaan dan kemewahan, kita memiliki lebih banyak kapasitas untuk peduli dan berbagi dengan orang lain yang membutuhkan. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus mengingatkan:
"Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga" (2 Korintus 9:6).
Kesederhanaan memberi kita kesempatan untuk menjadi saksi kasih Kristus melalui tindakan nyata, bukan hanya kata-kata. Dalam kesederhanaan, kita menempatkan kepentingan orang lain di atas diri kita sendiri dan siap memberi tanpa pamrih.
Kesederhanaan sebagai Kesaksian di Tempat Kerja
Sebagai profesional Kristen, gaya hidup sederhana juga merupakan kesaksian yang kuat di dunia kerja. Di lingkungan di mana prestasi seringkali diukur dari simbol-simbol eksternal seperti pakaian, kendaraan, atau gaya hidup mewah, kita dapat menjadi terang yang berbeda dengan menunjukkan bahwa nilai kita tidak terletak pada harta benda, tetapi pada identitas kita sebagai anak-anak Allah.
Kesaksian kesederhanaan ini memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan mengubah. Ketika rekan kerja melihat bahwa kita tidak hidup demi harta atau kemewahan, melainkan demi melayani Allah dan sesama, mereka akan melihat bahwa kehidupan yang sejati tidak tergantung pada apa yang kita miliki, tetapi pada siapa kita melayani.
Sebagaimana firman Tuhan dalam Amsal 15:16 mengingatkan:
"Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN, daripada banyak harta dengan disertai kecemasan."
Penutup
Marilah kita sebagai profesional Kristen merenungkan betapa pentingnya kesederhanaan sebagai bagian dari kesaksian kita. Gaya hidup sederhana adalah panggilan untuk meneladani Kristus yang memilih hidup di antara orang-orang sederhana, sekaligus sebuah undangan untuk hidup lebih bermakna dalam kemurahan hati dan kasih. Dengan demikian, kita dapat menjadi garam dan terang yang memuliakan Allah, bukan melalui kekayaan kita, tetapi melalui hidup yang mencerminkan kebaikan-Nya.
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33).
Kiranya Roh Kudus senantiasa memimpin kita untuk meneladani kesederhanaan Kristus dalam keseharian, termasuk di tempat kerja, sehingga hidup kita dapat menjadi kesaksian yang indah bagi rekan-rekan kerja kita. Amin.