Sekitar dua puluh tahun silam, saya mendapatkan sebuah kartu dari seorang pembina kerohanian, yang bertuliskan:
Dicari:
Orang-orang biasa
untuk mengerjakan
hal-hal yang luar biasa
Dalam perspektif Kristen, apakah yang disebut sebagai "hal-hal yang luar biasa" itu? Saya mendapati kutipan dari seorang filsuf yang menyatakannya dengan apik:
God creates out of nothing. Wonderful you say. Yes, to be sure, but he does what is still more wonderful: he makes saints out of sinners.
—Soren Kierkegaard
Sebagai murid Kristus, kita tidak sekadar dipanggil untuk mengadakan mukjizat “standar” menurut ukuran dunia ini (mis. menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dsb), melainkan untuk menjadi rekan sekerja Allah melalui Roh Kudus, guna mewujudkan mukjizat yang luar biasa, yakni pertobatan orang berdosa yang berbalik dari hidupnya yang jahat lalu mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dia mungkin saja memperlengkapi kita dengan mukjizat atau tanda tertentu, namun tujuan akhirnya tetap: menjadikan semua bangsa murid-Nya.
Kita baru saja merayakan hari pencurahan Roh Kudus, yang biasa disebut sebagai hari Pentakosta. Hari Pentakosta adalah momen istimewa dimana para murid yang notabene adalah orang-orang biasa, diperlengkapi dengan kuasa dari sorga untuk mengerjakan perkara-perkara yang luar biasa. Pada hari itu, para murid diperlengkapi dengan kuasa dari surga, sehingga terjadilah mukjizat dimana semua orang yang ada di Yerusalem dapat mendengar mereka berbicara dalam bahasa asal mereka masing-masing, lalu diikuti dengan khotbah perdana rasul Petrus, yang menyentuh hati lebih dari tiga ribu orang yang mendengarkannya dan kemudian bertobat serta dibaptiskan (lih. Kis. 2:1-41).
Saat ini, kita barangkali tak dibekali Allah dengan mukjizat atau tanda tertentu, namun sesungguhnya, kita mendapatkan lebih daripada itu. Roh-Nya yang Kudus berdiam di dalam hati kita, menuntun kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari seturut dengan kebenaran firman Tuhan. Kita menjadi “Kitab Injil ke-5”, dimana hidup kita menjelmakan Sang Injil itu sendiri, melalui pemikiran, perkataan, sikap, dan perbuatan kita.
Tempat kerja, dimana sebagian besar orang menghabiskan sepertiga harinya, adalah “ruang pamer” kita sebagai kitab-kitab Injil yang terbuka yang menyaksikan kasih, kekudusan, kemuliaan, dan kebenaran Kristus. Dalam percakapan-percakapan kasual di kala senggang, misalnya, kita tidak akan berpartisipasi dalam guyonan-guyonan yang tidak pantas. Kita juga tentu akan mengerjakan bagian yang dipercayakan kepada kita dengan penuh tanggung jawab. Kita akan dengan tegas menolak ajakan untuk melakukan kecurangan. Kita juga menjadi pendengar yang dapat dipercaya untuk tidak menyebarkan sharing pribadi kolega kita. Tentu masih ada banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai saksi-saksi-Nya di tempat kerja.
Para profesional Kristen adalah garam dan terang di tempat kerja mereka, yang mencegah pembusukan dan mengungkap sisi-sisi gelap dosa. Mereka adalah saksi-saksi Kristus yang berkomitmen kepada kebenaran, kasih, dan keadilan, di tengah-tengah dunia kerja yang penuh kepalsuan, kebencian, serta ketidakadilan. Itulah panggilan sekaligus jati diri kita.
Selamat menjadi saksi Kristus di tempat kerja.