Dalam pelayanannya, WIN memiliki visi sebagai berikut:
“Cultivating Christian professionals to bring the Kingdom of God and transform the workplace”
Di dalam visi tersebut, terkandung dua tujuan yang diharapkan dari seorang profesional Kristen di tempat kerjanya, yaitu: menghadirkan Kerajaan Allah dan menghasilkan transformasi di tempat kerja sebagai konsekuensinya.
Tentunya, ini adalah suatu visi yang sangat agung dan mulia. Sebagai seorang profesional Kristen, kita rindu untuk mewujudkan visi ini. Kita tidak bekerja sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kita tidak bekerja demi mengejar status sosial dan ekonomi yang lebih tinggi. Apa pun jenis dan tingkatan pekerjaan yang kita lakukan, semuanya itu memiliki nilai kekekalan dan memberikan dampak kepada dunia di sekitar kita. Kita berjuang untuk menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah ke dalam budaya kerja di mana kita berada, sehingga terjadi transformasi di tempat kerja, bahkan di sektor industri yang kita geluti, yang akan menghasilkan kebaikan bagi sesama (common good) dan membawa orang kepada pengenalan akan Allah yang sejati (good news). Inilah ambisi kita! Inilah pekerjaan baik yang Allah persiapkan untuk kita lakukan (Ef 2:10).
Ketika kita membayangkan visi ini, kita mungkin membayangkannya sebagai suatu karya yang besar, yang signifikan, yang berdampak pada perubahan yang radikal di tempat kerja, dan yang segera bisa dilihat dan dirasakan oleh lingkungan kerja di mana kita berada. Namun, pada kenyataannya, karya seperti ini sepertinya sangat sulit diwujudkan. Kita berhadapan dengan budaya kerja yang tidak kondusif, rekan-rekan kerja yang toksik, persaingan yang tidak sehat, politik kantor yang buruk, dan sebagainya. Semua ini membuat kita merasa frustrasi karena sepertinya tidak ada perubahan yang bisa kita hasilkan, tidak ada transformasi yang bisa kita wujudkan. Dan kita pun jadi bertanya: “Seperti apa menghadirkan Kerajaan Allah di tempat kerja?”
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya ingin mengajak kita semua untuk merenungkan apa yang dikatakan Tuhan Yesus di dalam Lukas 13:18-21 mengenai Kerajaan Allah.
Lalu kata Yesus, “Seumpama apakah Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya. Biji itu tumbuh dan menjadi pohon, dan burung-burung bersarang pada cabang-cabangnya.”
Di sini kita belajar dua hal mengenai Kerajaan Allah. Yang pertama, Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi. Artinya, Kerajaan Allah itu dimulai dan dijalani dengan kerendahan hati. Tuhan tidak sedang meminta kita menjadi seorang pahlawan super, yang melakukan perubahan spektakuler untuk mengubah dunia, seperti yang dibayangkan orang-orang Yahudi pada zaman itu, di mana perumpamaan ini ditujukan, akan Mesias yang mereka dambakan. Menghadirkan Kerajaan Allah dimulai dengan kerendahan hati dan dijalani dengan sikap rendah hati. Humble start – humble attitude – humble action. Perilaku ini akan sangat menolong dalam usaha kita menghadirkan Kerajaan Allah di tempat kerja. Mulailah dari posisi di mana kita berada, perbaiki lingkungan kerja terkecil yang ada dalam jangkauan pengaruh kita, kerjakan itu dengan hati yang teguh dan upaya yang konsisten, jangan berkecil hati karena cemoohan orang atau perasaan tidak berguna atau tidak berdampak.
Yang kedua, Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi yang bertumbuh. Artinya, menghadirkan Kerajaan Allah itu perlu proses (bertahap). Allah tentu saja bisa melakukan hal-hal yang spektakuler melalui kita, yang hasilnya bisa langsung terlihat dan dirasakan banyak orang. Puji Tuhan untuk hal itu! Namun, Allah juga bekerja secara bertahap melalui pekerjaan kita; ada proses yang Allah mau kita jalani. Bertekunlah dalam tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepada kita, berikanlah hasil kerja yang terbaik, bangun hubungan kerja yang sehat dan saling mendukung, pekalah terhadap pimpinan Tuhan dan ambil kesempatan yang Tuhan bukakan kepada kita. Walaupun prosesnya terlihat lambat, tetapi suatu saat biji sesawi yang sangat kecil itu akan menjadi pohon yang besar, di mana burung-burung bersarang pada cabang-cabangnya. Ini adalah jaminan yang Tuhan berikan: pertumbuhan itu pasti! Pada saat-Nya, kita akan menjadi orang yang berdampak (membawa transformasi) di tempat kerja di mana Tuhan menempatkan kita. Ingatlah akan proses panjang dan tidak menyenangkan yang dialami Yusuf sebelum mendapatkan kepercayaan Firaun untuk menjadi orang nomor dua di Kerajaan Mesir.
Ia berkata lagi, “Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Kerajaan Allah itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diaduk ke dalam tepung terigu sebanyak empat puluh liter sampai mengembang seluruhnya.”
Di sini kita belajar hal ketiga mengenai Kerajaan Allah. Kerajaan Allah itu tidak terlihat (imperceptible). Seperti kerja ragi di dalam tepung terigu, sering kali apa yang kita kerjakan begitu tersembunyi, sehingga terkesan tidak signifikan dan tidak efektif. Nyaris tidak ada perhatian atau pujian yang kita dapatkan dari institusi tempat kita bekerja maupun dari rekan kerja kita. Namun, kemudian kita melihat hasil yang mengejutkan, yang menyebabkan perubahan yang fundamental, seperti ragi yang mengubah tepung terigu menjadi roti. Tiba-tiba ada manajemen puncak yang mengenali dan menghargai apa yang kita kerjakan. Tiba-tiba kita mendapatkan promosi atau tanggung jawab yang lebih besar. Tiba-tiba hasil karya kita dijadikan standar di tempat kita bekerja. Menghadirkan Kerajaan Allah di tempat kerja itu membutuhkan kesabaran, ketekunan, kecerdikan, dan integritas. Kita harus siap melalui “pintu yang sempit” itu, yang tidak diperhatikan orang bahkan ditolak (Luk 13:24, Mat 7:13-14). Namun, Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup. Seperti yang dikatakan dalam filosofi Jawa: Gusti mboten sare, Allah tidak tertidur. Sesungguhnya, tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel (Maz 121:4). Allah yang tidak pernah tertidur itulah yang bisa memberikan “kejutan” kepada kita. Dan kita tidak pernah tahu kapan momen “tiba-tiba” itu diberikan. Dan ketika momen itu terjadi, dampak yang besar dan menyeluruh akan terjadi, dan tidak ada yang dapat menghentikannya. Marilah kita peka terhadap pimpinan-Nya dan berikan respons yang benar akan “kejutan” yang Dia berikan kepada kita.
Selamat berkarya. Selamat menghadirkan Kerajaan Allah di tempat kerja Anda. Kiranya Tuhan menolong kita.