Renungan ini didasarkan pada teks Pengkhotbah 5:17-19 (TB, LAI)
Pesan revolusioner Alkitab tentang kerja tepatlah demikian adanya: bahwa kerja itu baik. Gambaran sentral Alkitab tentang formasi laki-laki dan perempuan pertama adalah amanat yang mereka terima untuk mengelola bumi dan menamai segala binatang [Kej. 2:15 & 19-20]. Mereka diciptakan untuk bekerja, dan pekerjaan mereka memiliki makna. Allah menjadikan mereka pekerja sehingga mereka dapat menjadi rekan bagi Sang Pencipta bersama-Nya. Ini bukan berarti bahwa manusia adalah pencipta bumi, melainkan bahwa pekerjaannya adalah bagian dari karya re-kreasi Allah yang berkelanjutan, dan pekerjaan ini penting, signifikan, serta memiliki nilai (bernilai) di hadapan Allah. (Gordon T. Smith dalam Courage and Calling – Keberanian dan Panggilan, Merengkuh Potensi yang Allah Anugerahkan Bagi Anda, p. 30-31).
Dalam buku Faith Goes to Work, yang kemudian dikutip oleh Amy Sherman dalam Kingdom Calling [p.123-124], penulis Robert Banks membahas Allah sebagai “teladan vokasi” kita, menggambarkan berbagai jenis pekerjaan yang dilakukan-Nya dan bagaimana berbagai jenis pekerjaan manusia mengekspresikan aspek-aspek pekerjaan Allah ini. Model yang diberikan oleh Banks sangat menolong untuk mengajar jemaat tentang nilai intrinsik kerja. Para pendeta atau bahkan kaum awam bisa menjelaskan berbagai cara yang menunjukkan Allah selain Ia Pencipta, Ia juga Pekerja, kemudian mereka mendorong jemaatnya/sesama kaum awam untuk mengidentifikasi di mana pekerjaan mereka sendiri cocok dengan itu. Kerja keras Allah mencakup yang berikut ini:
§ Karya penebusan [Tindakan-tindakan penebusan dan pendamaian Allah]. Manusia berpartisipasi dalam pekerjaan jenis ini, misalnya sebagai penginjil, pendeta, konselor, dan pendamai. Demikian pula penulis, artis, produser, penulis lagu, penyair, dan aktor yang memasukkan elemen-elemen penebusan dalam kisah-kisah, novel, lagu-lagu, film-film, penampilan-penampilan, dan karya-karya mereka lainnya.
§ Karya kreatif [Allah membentuk dunia fisik dan manusia]. Allah memberi manusia kreatifitas. Orang-orang di dunia seni [pematung, aktor, pelukis, musisi, penyair, dan seterusnya] menunjukkan hal ini, demikian pula berbagai para pengrajin seperti pembuat gerabah, penenun, dan penjahit, demikian pula perancang mode (designer), perancang interior, arsitek, pengrajin logam, tukang kayu, tukang bangunan, novelis, dan perancang kota [dan lebih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu per satu].
§ Karya pemeliharaan [Pemeliharaan Allah untuk kelangsungan hidup manusia dan ciptaan]. “Karya pemeliharaan ilahi mencakup segala sesuatu yang Allah lakukan untuk memelihara alam semesta dan kehidupan manusia dengan cara yang teratur dan bermanfaat,” tulis Banks. “Ini mencakup pelestarian, mempertahankan hidup dan mengisi, sebagai tambahan kepada menciptakan dan menebus dunia.” Dengan demikian tak terhitung individu – birokrat, pekerja sarana umum, pembuat kebijakan umum, penjaga toko, konselor karir, pembangun kapal, petani, petugas pemadam kebakaran, tukang reparasi, pencetak, pekerja transportasi, spesialis IT, pengusaha, bankir dan broker, meteorologis, teknisi riset, petugas publik, dosen di sekolah bisnis, montir, insinyur, penyelia bangunan, masinis, ahli statistik, tukang ledeng, tukang las, petugas kebersihan – dan semua orang yang menolong dan menjaga tatanan ekonomi dan politik bekerja dengan lancar – merefleksikan aspek karya Allah ini.
§ Karya keadilan [Pemeliharaan keadilan Allah]. Para hakim, pengacara, asisten pengacara, pembuat peraturan pemerintah, sekretaris legal, manajer kota, kepala dan petugas penjaga penjara, peneliti dan pengacara kebijakan, dosen-dosen hukum, diplomat, penyelia-penyelia, administrator-administrator, dan personil-personil penegakan hukum yang berpartisipasi dalam karya Allah untuk mempertahankan keadilan.
§ Karya belas kasihan [Keterlibatan Allah dalam menghibur, menyembuhkan, menuntun, dan menggembalakan]. Para dokter, perawat, paramedis, psikolog, terapis, pekerja sosial, apoteker, relawan komunitas, direktur badan nirlaba, teknisi medis darurat, konselor dan agen-agen kesejahteraan semuanya merefleksikan aspek kerja keras Allah ini.
§ Karya pewahyuan [Karya Allah untuk menerangi dengan kebenaran]. Para pengkhotbah, ilmuwan, pendidik, wartawan, pakar, dan para penulis – semuanya terlibat dalam jenis pekerjaan ini.
Dalam berbagai jenis pekerjaan ini, Allah Bapa meneruskan karya kreatif, pemeliharaan, dan penebusan melalui kerja keras manusiawi kita. Ini memberi pekerjaan kita martabat dan tujuan yang hebat. Penatalayanan vokasi dimulai dengan merayakan pekerjaan itu sendiri dan mengenali bahwa Allah peduli tentang itu dan menggenapkan maksud-Nya melaluinya.
Layaklah kita merenungkan poin ini lebih lama dan lebih dalam lagi karena banyak dari pengajaran tentang integrasi iman dan kerja (faith & work integration) mengabaikan nilai instrinsik/inheren pekerjaan. Para pemimpin gereja maupun para teolog awam benar-benar harus mengajarkan dan berkhotbah tentang menjadi tipe-tipe pekerja tertentu – pekerja yang jujur, pekerja yang etis, pekerja yang peduli, pekerja yang setia, dan pekerja yang menjadi garam dan terang. Tetapi pengajaran seperti itu tidak cukup alkitabiah jika tidak pernah ada pembicaraan tentang nilai intrinsik/inheren pekerjaan itu sendiri. Seperti yang sering dikatakan oleh Ken Myers, kita seharusnya berusaha menjadi lebih dari sekedar “orang Kristen adverbial.”
Sebuah langkah kunci dalam menjadi “senang dalam jerih payah” adalah berusaha mengenali jenis/model karya [panggilan] yang mana pekerjaan kita paling cocok/tepat. Kategori mana pekerjaanmu saat ini termasuk? Renungkan/refleksikanlah tentang bagaimana Allah menggunakan pekerjaanmu untuk meniru dan meneruskan pekerjaan-Nya.
Melalui panggilan unik kita masing-masing, kita tidak hanya meniru dan meneruskan pekerjaan Allah tetapi juga melayani sesama kita yang membutuhkan.
Have a good spirit to work!