Renungan ini didasarkan pada teks Pengkhotbah 5:17-19 (TB, LAI)
Sang Pengkhotbah (anak Daud, raja Israel di Yerusalem) dalam Pengkhotbah 5:17 pernah berkata: “Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya.”
“Dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah (toilsome labor)” berarti kerja keras yang sangat melelahkan. Kedengarannya tidak menyenangkan, bukan? Tetapi, mengapa Pengkhotbah mengatakan bahwa ini “yang kuanggap baik dan tepat”? Pengkhotbah menambahkan, “[Karena] untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya – juga itu pun karunia Allah. Tidak sering ia mengingat umurnya, karena Allah membiarkan dia [manusia] sibuk dengan kesenangan hatinya.” (ay. 18-19)
Salah satu alasan kita dapat “bersukacita dalam jerih payah” dan melakukannya dengan “kesenangan hati” adalah dengan mengakui bahwa kerja keras kita adalah bagian dari partisipasi kita dalam pekerjaan Allah. Sebagaimana Amy Sherman dalam Kingdom Calling mengatakan,
“Kerja bukanlah suatu hal yang jahat, dan juga bukanlah efek samping dari dosa. Kebenaran ini sulit untuk dapat dipercayai oleh jemaat ketika mereka frustrasi dalam pekerjaan mereka atau tidak mencapai karir yang mereka inginkan. Benarlah bahwa kutukan atas dosa di Kejadian 3 telah membawa kerja keras dan kesia-siaan ke dalam pekerjaan. Sejak itu, pengalaman kita dalam bekerja melibatkan kesakitan/ penderitaan sebagaimana kesenangan. Tetapi pada dasarnya pekerjaan itu baik adanya. Pekerjaan sesungguhnya memiliki nilai intrinsik.”
Demikian juga Mark Greene dalam Thank God It’s Monday menyampaikan hal yang senada tentang kepuasan kerja:
"Jadi, fakta bahwa ada kepuasan dalam bekerja, bukan untuk mengatakan bahwa bekerja selalu menyenangkan, atau bahwa periode frustasi dan kebosanan di tempat kerja adalah tanda ketidaksenangan Ilahi. Namun, hal itu [semata-mata] menyatakan bahwa bekerja adalah sumber kepuasan yang sah dan yang ditahbiskan secara ilahi sebagai bagian dari kondisi manusia."
Pekerjaan kita memiliki nilai intrinsik karena dua hal sebagaimana Amy Sherman menambahkan, kita “diciptakan dalam gambar dan rupa Allah, dan Allah adalah Pribadi yang senantiasa bekerja.” Allah juga menggunakan pekerjaan-pekerjaan kita untuk melayani kebutuhan dari sesama/tetangga kita. Pada faktanya, untuk sebagian besar dari kita, jerih payah atau kerja keras yang di dalamnya kita terlibat penuh selama bekerja adalah cara/jalan utama bagi kita dalam melayani sesama.
Melalui panggilan unik kita masing-masing, kita tidak hanya meniru dan meneruskan pekerjaan Allah tetapi juga melayani sesama kita yang membutuhkan. Have a good work!