Memberitakan Injil di Tempat Kerja

Oleh: Athur Januar

Apa artinya menjadi seorang Kristen dan seorang pekerja? Tuhan ingin kita melihat pekerjaan kita sebagai bagian dari pekabaran Injil. Kita dapat melihat kisah Filemon dan konteksnya dalam perbudakan. Di dalam kitab Filemon, Paulus tidak dengan tegas menegur perbudakan, mungkin karena perbudakan saat itu tidak seperti perbudakan di era modern dan Paulus berbicara menentangnya dengan cara yang lebih halus.

Suratnya tentang dua orang, yaitu Onesimus, seorang budak, dan Filemon, tuannya. Injil memberi Filemon dan Onesimus perspektif baru untuk melihat pekerjaan mereka. Paulus menyadarkan Filemon untuk menerapkan Injil dalam relasi dengan pekerjanya.

Sebagai budak, Onesimus sebelumnya "tidak berguna" (ayat 11). Tapi sekarang Injil telah mengubah hidupnya, sehingga dia jadi "berguna" karena "memiliki hati" dari kuasa Injil. Filemon perlu melihat budak melalui cara pandang Injil. Budak sebagai manusia memiliki potensi untuk melayani Tuhan dan sesama dengan baik. Bahkan rasul Paulus mengingatkan Filemon untuk menerima kembali Onesimus bukan sebagai budak, melainkan sebagai saudara. Dari sini, kita kita lihat bagaimana Injil mengubah cara pandang kita melihat orang lain.

Filemon adalah seorang pemimpin yang tidak hanya meningkatkan kemampuan dirinya sendiri, melainkan bertanggung jawab untuk melihat perkembangan semua budak yang ada dalam pengawasannya. Onesimus telah diubah melalui pelayanan Paulus ketika mereka sama-sama dipenjara. Onesimus dipenjara karena melakukan tindakan yang dinilai kriminal pada waktu itu, sedangkan rasul Paulus dipenjara karena memberitakan Injil Kristus. Pertanyaan tersiratnya adalah, mengapa itu tidak terjadi di bawah pengawasan Filemon? Ayat 19 mengungkapkan, bahwa tidak ada hutang dapat dibandingkan dengan hutang yang telah Kristus bayar di kayu salib. Injil itu sangat berharga dan jauh lebih bernilai. Dan ini telah disampaikan kepada Filemon untuk mengubah cara berpikirnya terhadap budak-budaknya. Dari sini, kita juga seharusnya diubahkan dalam cara pandang kita melihat pekerjaan.

Berdasarkan kisah Filemon-Onesimus, sekali lagi Paulus mengingatkan baik tuan maupun budak tentang bagaimana mereka menghidupi Injil dalam relasi mereka. Dalam kasus ini, Paulus tidak menasihati budak Kristen untuk mengejar kebebasan mereka, tetapi untuk terus menghidupi identitas Kristen mereka dalam cara mereka bekerja. Ini tertulis dalam 1 Korintus 7: 19-24. Paulus membuat hubungan penting antara Yesus dan perilaku kita sehari-hari. Paulus juga menulis kepada para pengikut Yesus di Kolose, sebagai berikut:

Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kol. 3:17).

Paulus menyebutkan 'lakukan dengan perkataan atau perbuatan.' Oleh karena itu seorang Kristen dipanggil untuk memajukan Injil melalui perkataan dan perbuatan, termasuk pekerjaannya.

Mulailah dengan menjadi saksi Kristus yang baik di tempat kerja kita. Ciptakan pola pikir, sikap, dan laku seperti yang dianjurkan firman Tuhan:   

1.   “Bersukacitalah senantiasa, tetaplah berdoa, Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tes. 5: 16-18).

2.   Sikap 'bekerja seperti untuk Tuhan' (Kol. 3:23) adalah sikap kerja yang dilakukan dengan sebaik mungkin (excellence) dan dengan sikap hormat kepada atasan bahkan sesama lainnya.

Saya takut banyak dari kita yang menyebut diri Kristen, tetapi tidak memiliki standar Kristus dalam pekerjaan kita. Mungkin kita membutuhkan pengingat baru bahwa mereka yang menyebut dirinya Kristen harus berperilaku berbeda. Ketika Yesus bekerja sebagai tukang kayu, kira-kira kualitas seperti apa yang Dia hasilkan dari pekerjaan-Nya? Saya yakin, Dia bekerja sebaik mungkin.

Selain itu, di dalam hidup-Nya Ia juga menunjukkan belas kasihan kepada sesama. Ia berbuat baik kepada orang yang membutuhkan pertolongan. Kata-katanya penuh hikmat dan kasih, sehingga jadi berkat buat banyak orang. Jika ada kesempatan, Ia juga memakai kesempatan itu untuk menyampaikan Kabar Baik kepada mereka, seperti ketika bertemu dengan perempuan Samaria (lih. Yoh. 4). Semoga kita juga bisa meneladani Dia dalam kehidupan kita sehari-hari, khususnya di tempat kerja kita.

Tidak mudah memberitakan Injil di tempat kerja karena tidak selalu ada kesempatan. Apalagi, kita ke sana untuk bekerja, bukan untuk beritakan atau mendengar Injil. Kita diharapkan untuk fokus dalam kerja, melakukan tugas yang diberikan dengan baik. Itulah tuntutan terutama kita di tempat kerja.

Namun rasul Petrus di 1 Pet. 3: 15 menasehatkan kita:

 

Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,  dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.”  

 

Karena itu, kita perlu mulai belajar memahami budaya yang dimiliki oleh orang-orang di tempat kerja/komunitas kita. Pahami cerita mereka, pandangan dunia, dan hal-hal yang secara alami mereka asumsikan dan agar kita lebih siap jika kesempatan itu datang. Jadi, terlibatlah dalam percakapan mereka. Bangunlah relasi persahabatan yang baik dengan mereka, agar saat waktunya tiba, kita dapat memberitakan Injil secara kontekstual dan efektif.

Kasih haruslah menjadi landasan utama kita ketika memberitakan Injil kepada kolega kita, sehingga kita tidak terjebak ke dalam situasi “debat kusir”. Setelah cara pandang kita diubahkan, respon kita akan menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda. Ketika kita mengetahui konsekuensi dari dosa, kita akan memiliki kepedulian terhadap jiwa mereka yang tidak kenal Tuhan, dan berdoa untuk mereka, mengetahui bahwa, tanpa Kristus, mereka menghadapi kekekalan yang mengerikan.

Akhir kata, kita perlu sadar bahwa jika kita bekerja dengan baik maka akan terbuka kesempatan bagi kita untuk memberitakan Injil. Sebaliknya, jika kita bekerja buruk, maka akan tertutup kesempatan bagi kita untuk memberitakan Injil Kristus kepada kolega kita di tempat kerja.



*Penulis adalah seorang profesional Kristen dan pengurus WIN

Administrator May 25, 2024
Share this post
FIND MORE

Menjadi Saksi di Tempat Kerja
Oleh: Philip Ayus