Di antara surat-surat yang ditulis oleh Paulus, surat kepada Filemon adalah surat terpendek. Surat kepada Filemon cuma berisi 25 ayat. Saya sendiri suka menyebutnya sebagai “surat rekomendasi” atau “surat jalan.” Isinya terutama tentang Onesimus, budak Filemon yang melarikan diri, namun bertemu Paulus di penjara. Onesimus kemudian bertobat dan melayani Paulus selama di penjara. Filemon sendiri adalah orang kaya yang bertobat setelah dilayani Paulus–sebelum ia dipenjara. Di suratnya itu, Paulus meminta Filemon untuk menerima Onesimus kembali ke rumahnya.
Rekomendasi Paulus untuk Onesimus adalah: dulu ia memang tidak berguna, tapi sekarang berguna. Arti nama Onesimus sendiri adalah “berguna.” Yang menarik adalah, Paulus meminta agar Filemon menerima Onesimus dengan identitas yang baru. Dia meminta agar Filemon tidak menerima Onesimus hanya sebagai budak, tapi juga sebagai saudara! Tak hanya itu, Paulus juga meminta Filemon agar menghapuskan hutang Onesimus, jika ada. Ini adalah sebuah terobosan dalam hubungan kerja. Bukan lagi majikan-budak, melainkan saudara. Hubungan kerja Filemon dan Onesimus bukan lagi “kaku dan menyebalkan.” Hubungan mereka diperbarui di dalam Tuhan. Tak ada lagi majikan yang sewenang-wenang. Tak ada lagi “karyawan” yang bekerja seenaknya sendiri. Filemon dan Onesimus sekarang menjadi saudara, memiliki satu “Majikan” yang sama, yaitu Tuhan.
Sekarang ini, banyak pimpinan yang cuma bisa memenangkan rasa takut karyawan, bukan hormat, apalagi simpati mereka. Tak sedikit pula karyawan yang bertahan dalam pekerjaan hanya karena gajinya “lumayan” atau karena merasa di situlah satu-satunya tempat ia bisa bekerja. Akibatnya, perusahaan pun tak banyak berkembang. Sebagian pimpinan mengundang motivator-motivator dengan harapan dapat meningkatkan kinerja karyawan, namun hasilnya sama saja. Sebagian lain menerapkan disiplin yang ketat, namun sia-sia belaka.
Hubungan yang setara antara atasan dan bawahan di tempat kerja merupakan sebuah keniscayaan dalam pemikiran Kristiani yang secara gamblang dituliskan dalam kitab suci. Ketika seseorang melamar kerja dan menandatangani kontrak kerja, seketika itu pula ia menundukkan dirinya kepada pimpinan perusahaan yang mempekerjakannya, sehingga ia akan mendedikasikan pikiran dan tenaganya untuk memenuhi apa yang menjadi tugasnya. Di sisi lain, ketika mengambil keputusan untuk mempekerjakan seseorang, pimpinan perusahaan seketika itu pula mengambil komitmen untuk menjadi “gembala yang baik” baginya, yang tidak akan menyiksa, menelantarkan, atau memeras domba-dombanya. Dasar hubungan kerja bukan lagi pembelian (sebagaimana budak dibeli di pasar budak layaknya barang), melainkan perjanjian.
Rasul Paulus menuliskan beberapa nasihat lain mengenai hubungan kerja, dan suratnya kepada jemaat Kolose adalah salah satu di antaranya. Apakah Anda seorang karyawan/bawahan? Maka nasihat Paulus di Kolose 3:22 bisa menjadi rujukan ketika bekerja. Apakah Anda seorang pimpinan/atasan? Nasihat Paulus berikutnya di Kolose 4:1 sebaiknya menjadi pegangan Anda. Di mana pun posisi Anda, biarlah Tuhan yang dipermuliakan senantiasa. Amin.